Tujuan utama pelatihan olahraga prestasi adalah untuk meningkatkan ketrampilan atau prestasi semaksimal mungkin. Untuk mencapai tujuan itu ada empat aspek latihan yang perlu dilatih secara seksama, yaitu
- fisik,
- teknik,
- taktik, dan
- mental.
Latihan atau training adalah suatu proses berlatih yang sistematis yang dilakukan secara berulang-ulang, dan yang kian hari jumlah beban latihannya kian bertambah. Sistematis berarti bahwa pelatihan dilaksanakan secara teratur, berencana, menurut jadwal, menurut pola dan sistem tertentu, metodis, bersinambung dari yang sederhana ke yang lebih kompleks. Berulang-ulang berarti bahwa gerakan yang dipelajari harus dilatih secara berulang kali agar gerakan yang semula sukar dilakukan dan koordinasi gerakan yang masih kaku menjadi kian mudah, otomatis dan reflektif pelaksanaannya. Beban kian hari kian bertambah berarti secara berkala beban latihan harus ditingkatkan manakala sudah tiba saatnya untuk ditingkatkan. Kalau beban latihan tidak pernah bertambah prestasi pun tidak akan meningkat.
Pemanasan tubuh (warming-up) penting dilakukan sebelum berlatih. Tujuan pemanasan ialah untuk mengadakan perubahan dalam fungsi organ tubuh kita guna menghadapi kegiatan fisik yang lebih berat. Kegunaan utama pemanasan ialah untuk menghindarkan diri dari kemungkinan terkena cedera otot dan sendi otot dan sendi yang masih “dingin” biasanya masih kaku sehingga mudah terkena cedera kalau tiba-tiba harus latihan berat.
Seusai berlatih, intensitas kerja tubuh sebaiknya diturunkan sedikit demi sedikit melalui pendinginan tubuh (cooling-down), misalnya dengan melakukan jogging lambat-lambat keliling lapangan, senam ringaan dan diakhiri dengan latihan peregangan statis atau pasif. Tujuan cooling-down yang utama ialah untuk menghindari otot sakit atau kaku pada keesokan harinya.
Untuk mempercepat peningkatan prestasi, latihan tidak cukup hanya dilakukan secara motorik (dengan gerakan) saja. Banyak penelitian telah membuktikan bahwa latihan motorik hnrus dibarengi dengan metode latihan nir-motorik (tanpa gerakan). Latihan nir-motorik bisa dilakukan dengan misalnya membayangkan atau mem-visualisasi atau mencitrakan gerakan yang akan dipelajari.
Dalam latihan nir-motorik, konsentrasi mengenai gerakan yang akan dilakukan adalah snngat penting agar dengan demikian kita bisa memperoleh dimensi kognitif yang sekuat-kuatnya mengenai gerakan yang ingin kita lakukan atau latih. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa selalu ada hubungan otak-otot (brain-muscle connection).
Prinsip beban lebih atau overload principle adalah prinsip latihan yang menekankan pada pembebanan latihan yang semakin berat. Atlet harus selalu berusaha untuk berlatih dengan beban yang lebih berat daripada yang mampu dilakukannya saat itu.
Akan tetapi yang perlu diperhatikan pula ialah, bahwa meskipun beban latihan harus lebih berat, beban tersebat harus masih berada dalam batas-batas kemampuan atlet untuk mengatasinya. Kalau bebannya terlalu berat, maka perkembangan pun tidak akan mungkin.
Yang dimaksud dengan latihan yang intensif ialah bahwa proses latihan haruslah kian berat dengan cara menambah beban kerjanya, jumlah repetisi gerakan, serta kadar intensitas pengulangan gerak. Latihan yang ringan tak akan dapat merangsang perubahan dalam fungsi organ tubuh maupun dalam hal yang bersifat kejiwaan.
Meskipun kurang intensif, latihan yang bermutu seringkali lebih bermanfaat ketimbang latihan yang intensif akan tetapi tak bermutu. Bermutu tidaknya latihan banyak bergantung pada kepandaian dan kejelian pelatih dalam merancang program latihan. Kecuali kemampuan melatih, banyak faktor lainnya yang ikut mendukung dan menentukan mutu latihan, misalnya hasil-hasil penelitian di bidang pelatihan, fasilitas dan perlengkapan latiban, hasil evaluasi dan analisis pertandingan yang lalu, kemampuan dan bakat atlet.
EmoticonEmoticon