Mencantumkan sumber kepada suatu laporan baik makalah maupun laporan bukanlah hal yang dapat dipandang sebelah mata, sedikit saja kesalahan berarti laporan tersebut sudah dianggap tidak valid dan salah. Oleh sebab itu ada teknik atau cara pencantuman sumber yang benar. Salah satunya adalah menurut Sistem Tradisional.
Daftar rujukan atau dapat dianggap sebagai hutang intelektual dalam karya tulis dapat didokumentasikan dengan menggunakan catatan kaki atau catatan akhir sistem tradisional atau dikenal sebagai Sistem Chicago.
Semua rincian bibliografis (kepustakaan) dari sebuah buku atau artikel dituliskan pada catatan kaki (kadang-kadang catatan akhir) sebuah halaman tempat rujukan dilakukan, atau pada halaman yang berkaitan. Pada referensi (catatan kaki atau catatan akhir) istilah-istilah, seperti ‘ibid’, ‘op cit’, ‘loc cit’, dan sebagainya digunakan untuk menghindari pengulangan rujukan yang panjang. Nomor halaman rujukan ditulis dengan superscript.
Referensi pertama dari sebuah buku, bab dalam koleksi karya yang dieditori atau artikel dari sebuah jurnal harus mencantumkan semua informasi bibliografis yang diperlukan untuk mengidentifikasinya (lihat contoh di bawah). Rincian-rincian itu harus diikuti oleh nomor halaman.
Kebingungan sering terjadi mengenai cara-cara menuliskan referensi kedua dan selanjutnya untuk sebuah buku, bab dan artikel.
Berikut ini beberapa aturan yang bermanfaat yang diadaptasi dari Lovell dan Moore (1992, h.11-12):
a). Bila sebuah referensi pada sumber yang sama mengikuti secara langsung (consecutively).
Dalam kasus ini, kependekan Latin ‘ibid’ (= ‘sama’) diikuti nomor halaman, dapat digunakan sebagai referensi kedua. Bila referensi adalah pada halaman yang sama, gunakan ‘ibid’ saja. Lihat contoh di bawah.
____________
b). Bila satu referensi dari sebuah buku tidak mengikuti secara langsung, dan referensi dari sebuah buku yang lain oleh penulis yang sama yang tidak mendapat ‘selahan’ (intervensi)
Dalam kasus ini, tulislah nama penulis, kemudian ‘op cit’ (= pada karya yang dirujuk), kemudian diikuti nomor halaman.
c). Bila referensi-referensi kedua, yang tidak langsung (non-consecutive) dibuat untuk bab-bab dalam buku atau artikel, dan referensi untuk karya oleh penulis yang sama tidak ‘diselah’.
Dalam kasus ini, tulislah nama penulis, kemudian ‘loc cit’ (= pada tempat yang disitir), dan nomor halaman. Lihat contoh di bawah.
__________
d). Bila referensi-referensi dilakukan untuk lebih dari satu karya oleh penulis yang sama
Dalam kasus ini, referensi kedua dan selanjutnya untuk karya-karya yang berbeda dari penulis yang sama harus diidentifikasikan dengan nama penulis, judul ringkas karyanya, dan nomor halaman. Lihat contoh di bawah.
______________
Daftar rujukan atau dapat dianggap sebagai hutang intelektual dalam karya tulis dapat didokumentasikan dengan menggunakan catatan kaki atau catatan akhir sistem tradisional atau dikenal sebagai Sistem Chicago.
istockphoto
Semua rincian bibliografis (kepustakaan) dari sebuah buku atau artikel dituliskan pada catatan kaki (kadang-kadang catatan akhir) sebuah halaman tempat rujukan dilakukan, atau pada halaman yang berkaitan. Pada referensi (catatan kaki atau catatan akhir) istilah-istilah, seperti ‘ibid’, ‘op cit’, ‘loc cit’, dan sebagainya digunakan untuk menghindari pengulangan rujukan yang panjang. Nomor halaman rujukan ditulis dengan superscript.
Referensi pertama dari sebuah buku, bab dalam koleksi karya yang dieditori atau artikel dari sebuah jurnal harus mencantumkan semua informasi bibliografis yang diperlukan untuk mengidentifikasinya (lihat contoh di bawah). Rincian-rincian itu harus diikuti oleh nomor halaman.
Kebingungan sering terjadi mengenai cara-cara menuliskan referensi kedua dan selanjutnya untuk sebuah buku, bab dan artikel.
Berikut ini beberapa aturan yang bermanfaat yang diadaptasi dari Lovell dan Moore (1992, h.11-12):
a). Bila sebuah referensi pada sumber yang sama mengikuti secara langsung (consecutively).
Dalam kasus ini, kependekan Latin ‘ibid’ (= ‘sama’) diikuti nomor halaman, dapat digunakan sebagai referensi kedua. Bila referensi adalah pada halaman yang sama, gunakan ‘ibid’ saja. Lihat contoh di bawah.
____________
1 Clifford Geertz, Negara: the theatre
state in nineteenth-century Bali (Princeton:
Princeton University Press, 1980).
2 Ibid, h. 50
b). Bila satu referensi dari sebuah buku tidak mengikuti secara langsung, dan referensi dari sebuah buku yang lain oleh penulis yang sama yang tidak mendapat ‘selahan’ (intervensi)
Dalam kasus ini, tulislah nama penulis, kemudian ‘op cit’ (= pada karya yang dirujuk), kemudian diikuti nomor halaman.
c). Bila referensi-referensi kedua, yang tidak langsung (non-consecutive) dibuat untuk bab-bab dalam buku atau artikel, dan referensi untuk karya oleh penulis yang sama tidak ‘diselah’.
Dalam kasus ini, tulislah nama penulis, kemudian ‘loc cit’ (= pada tempat yang disitir), dan nomor halaman. Lihat contoh di bawah.
__________
1 Carole
Pateman, ‘Political obligation and
conceptual analysis’, Political Studies, 21(2), 1972, h.220
2 Clifford Geertz, Negara: the theatre
state in nineteenth-century Bali (Princeton:
Princeton University Press, 1980).
3 Pateman, loc
cit, h.215
4 Clifford
Geertz, op cit. h.30-31
d). Bila referensi-referensi dilakukan untuk lebih dari satu karya oleh penulis yang sama
Dalam kasus ini, referensi kedua dan selanjutnya untuk karya-karya yang berbeda dari penulis yang sama harus diidentifikasikan dengan nama penulis, judul ringkas karyanya, dan nomor halaman. Lihat contoh di bawah.
______________
4 Carole Pateman, ‘Political Obligation’, h.210
EmoticonEmoticon