logoblog

Cara Mencantumkan Sumber atau Rujukan yang Benar Menurut Sistem Tradisional

12/13/2017


Mencantumkan sumber kepada suatu laporan baik makalah maupun laporan bukanlah hal yang dapat dipandang sebelah mata, sedikit saja kesalahan berarti laporan tersebut sudah dianggap tidak valid dan salah. Oleh sebab itu ada teknik atau cara pencantuman sumber yang benar. Salah satunya adalah menurut Sistem Tradisional.

Daftar rujukan atau dapat dianggap sebagai hutang intelektual dalam karya tulis dapat didokumentasikan dengan menggunakan catatan kaki atau catatan akhir sistem tradisional atau dikenal sebagai Sistem Chicago.

istockphoto

Semua rincian bibliografis (kepustakaan) dari sebuah buku atau artikel dituliskan pada catatan kaki (kadang-kadang catatan akhir) sebuah halaman tempat rujukan dilakukan, atau pada halaman yang berkaitan. Pada referensi (catatan kaki atau catatan akhir) istilah-istilah, seperti ‘ibid’, ‘op cit’, ‘loc cit’, dan sebagainya digunakan untuk menghindari pengulangan rujukan yang panjang. Nomor halaman rujukan ditulis dengan superscript.

Referensi pertama dari sebuah buku, bab dalam koleksi karya yang dieditori atau artikel dari sebuah jurnal harus mencantumkan semua informasi bibliografis yang diperlukan untuk mengidentifikasinya (lihat contoh di bawah). Rincian-rincian itu harus diikuti oleh nomor halaman.

Kebingungan sering terjadi mengenai cara-cara menuliskan referensi kedua dan selanjutnya untuk sebuah buku, bab dan artikel.

Berikut ini beberapa aturan yang bermanfaat yang diadaptasi dari Lovell dan Moore (1992, h.11-12):

a). Bila sebuah referensi pada sumber yang sama mengikuti secara langsung (consecutively).

Dalam kasus ini, kependekan Latin ‘ibid’ (= ‘sama’) diikuti nomor halaman, dapat digunakan sebagai referensi kedua. Bila referensi adalah pada halaman yang sama, gunakan ‘ibid’ saja. Lihat contoh di bawah.
____________

1     Clifford Geertz, Negara: the theatre state in nineteenth-century Bali (Princeton: Princeton University Press, 1980).


2     Ibid, h. 50

b). Bila satu  referensi dari sebuah buku tidak mengikuti secara langsung, dan referensi dari sebuah buku yang lain oleh penulis yang sama yang tidak mendapat ‘selahan’ (intervensi)

Dalam kasus ini, tulislah nama penulis, kemudian ‘op cit’ (= pada karya yang dirujuk), kemudian diikuti nomor halaman.

c). Bila referensi-referensi kedua, yang tidak langsung (non-consecutive) dibuat untuk bab-bab dalam buku atau artikel, dan referensi untuk karya oleh penulis yang sama tidak ‘diselah’.

Dalam kasus ini, tulislah nama penulis, kemudian ‘loc cit’ (= pada tempat yang disitir), dan nomor halaman. Lihat contoh di bawah.
__________

1     Carole   Pateman,   ‘Political   obligation   and   conceptual analysis’, Political Studies, 21(2), 1972, h.220

2     Clifford Geertz, Negara: the theatre state in nineteenth-century Bali (Princeton: Princeton University Press, 1980).

3     Pateman, loc cit, h.215

4     Clifford Geertz, op cit. h.30-31

d). Bila referensi-referensi dilakukan untuk lebih dari satu karya oleh penulis yang sama

Dalam kasus ini, referensi kedua dan selanjutnya untuk karya-karya yang berbeda dari penulis yang sama harus diidentifikasikan dengan nama penulis, judul ringkas karyanya, dan nomor halaman. Lihat contoh di bawah.
______________
4 Carole Pateman, ‘Political Obligation’, h.210
logoblog

Artikel Terkait

Previous
Next Post »