logoblog

Cerita Pendek tentang Ulang Tahun

5/06/2017





Minggu pagi, matahari bersinar cerah dengan sedikit hembusan angin yang lembut. Tanggal 28 April sangatlah penting bagiku, aku lahir pada tanggal ini dan akan menginjak umur 16 tahun. Seluruh anggota keluarga kecilku memberikan ucapan selamat kepadaku saat kami sedang sarapan.

“ Selamat ulang tahun ya kak, jadi anak yang soleh, berbakti kepada orangtua, selalu ingat Allah dan jangan sombong kalau masa depan kakak sukses,”ucap ibuku dengan penuh kasih sayang.
“ Iya ma, aamiin ya rabbal alamin,” jawabku dengan senyuman lebar.

Setelah sarapan selesai, aku pun segera menyiapkan barang-barang yang akan kugunakan untuk latihan renang seperti minggu-minggu sebelumnya. Jadwal renangku setiap hari minggu pukul 07.00 – 09.00. Untungnya guru renangku adalah tetanggaku, jadi aku berangkat ke tempat renang bersamanya.

Akupun mengucapkan salam kepada orangtua lalu menuju rumah guruku. Setelah bertemu,tanpa berbincang aku dan guruku langsung naik menggunakan motor guruku. Saat dijalan kami pun mengobrol.

“ Gimana sat? Dirumah masih latihan gerakan kakinya kan?” tanya guruku.
“ Masih mas, setiap sore pasti aku latihan kok,” ujarku.
“ Oiya, bagus deh. Nanti kamu renangnya bolak-balik 10 kali ya, yang 25 meter aja,” ucap guruku sambil sedikit tertawa.
“ Insya Allah ya mas, tak usahain,” aku menjawabnya dengan rasa agak pesimis.

Beberapa menit kemudian, kami pun sampai di tempat renang di daerah UNY. Kolam dengan yang biasanya kugunakan masih sepi, jadi lebih nyaman rasanya. Seperti biasa, pada awal sebelum renang kami pun pemanasan terlebih dahulu. Setelah pemanasan, kami langsung nyemplung ke kolam renang.

Aku memulai renang dengan cukup baik, tapi saat bolak-balik yang ketiga guruku menasehatiku kalau ada gerakan yang salah. Tidak terasa, waktu pun sudah menunjukkan pukul 09.00 sedangkan aku baru 8 kali bolak-balik kolam. Tetapi mungkin karena melihat wajahku yang sudah pucat, guruku pun memutuskan untuk menyelesaikan latihan walau belum memenuhi target.

Aku sangat capek dan pegel, tubuhku terasa sakit semua. Setelah itu,aku pun membilas badan dan ganti pakaian. Sambil menyalakan sepeda motor kami pun berbincang-bincang lagi.

“ Lebih capek gak sat latihannya?” tanyanya sambil tertawa melihat wajahku yang pucat.
“ Banget mas. Aduh,“ ucapku dengan terengah-engah.
“ Santai aja, minggu depan pasti bakal lebih capek lagi kok. Hahahaha,” tertawa guruku.

Setelah 15 menit perjalanan, kami pun sampai di dekat rumah dan aku mengucap salam kepada
guruku. Sampai depan rumah, aku mengetuk pintu.

“ Assalamualaikum,” salamku.
“ Waalaikumsalam, gimana renangnya? Udah bisa belum?” kata ibuku.
“ Kalo udah bisa sih dari kemarin-kemarin ma. Teknik sama nafasnya aja yang masih kurang,” jawabku dengan lemas.

Masuk rumah, lalu mandi kegiatan pertamaku setelah pulang latihan renang. Setelah renang aku sempat membuka facebook sebentar. Ada pemberitahuan tentang teman yang memberikan ucapan selamat ulang tahunku.

Awalnya kulihat tidak ada teman sekelasku yang memberi ucapan lewat facebook, sehingga aku merasa tenang karena pukul 10.00 nanti kami akan latihan tari di rumah sahabatku Almas. Tidak lama kemudian, ada pemberitahuan tentang temanku Hafidz yang memberikan ucapan selamat. Aku pun awalnya bingung.

“Aduh gimana ini berangkat gak ya? Ntar malah dikerjain lagi aku disana,” berucapku dalam hati.

Pukul 09.30  dengan tanggung jawab yang besar aku memutuskan untuk berangkat latihan karena aku adalah ketua tari kelas XF. Berangkatlah aku menuju rumah Ngurah terlebih dahulu karena dia ingin nebeng. Sampai di rumah Ngurah, kami langsung melanjutkan perjalanan ke sekolah agar yang lain tidak bingung jalan menuju rumah Almas. Sesampainya di sekolah, banyak yang menyindirku dengan maksud bercanda.

“ Ini gimana ketua tarinya kok malah telat sendiri,” sindir Sela.
“ Sori-sori tadi ada latihan sampai jam 9,” jawabku sambil tertawa.
“ Wis-wis rasah padha ribut, ayo mangkat wis telat iki,” ujar Ngurah dengan bijak.

Kami pun berangkat menuju rumah Almas seperti sedang touring. Rumahnya memang tidak terlalu jauh, tetapi karena masuk gang cukup berkelok-kelok jadi banyak teman yang lupa. Jalan Sudirman – Mandala Krida tidak terlalu macet, tetapi mulai wilayah Gembira Loka jalan menjadi macet karena banyaknya bus pariwisata yang melalui daerah itu. Mungkin juga karena banyak orang yang berwisata disana.

5 menit dari Gembira Loka, kami akhirnya sampai di tujuan dengan selamat. Halaman rumahnya jadi penuh karena banyak kendaraan kami yang diparkir disana. Teman-temanku disana langsung memberiku ucapan selamat, aku mengucapkan terima kasih pada mereka. Aku juga senang karena tidak ada gelagat mencurigakan dari tingkah mereka. Masuk ke rumah kami pun bersiap untuk latihan. Latihan ini merupakan drama musikal yang bercerita tentang Pinokio.

“ Ayo-ayo heh, cepet pada ke posisi masing-masing,” teriak Sela.
“ Iya cepet eh Pinokio sama Gepetto duluan,” aku perjelas.

Peran Pinokio dan Gepetto pada awal cerita lumayan bagus. Masuklah Peri Boneka yang berjumlah 6 orang, gerakan mereka sangat lentur dan bagus. Setelah Peri Boneka, datang giliranku sebagai anak sekolah bersama 13 orang temanku. Pada saat itu memang gerakan kami belum jadi 100% jadi kami hanya mengikuti alur cerita sebagian. Lalu Kung Fu dan Peri Biru yang terakhir. Dan yang paling kami sekelas sukai adalah fase penutup.
“ Ayo ending-ending, semangat-semangat,” teriak kami dengan semangat.

Setelah penutup, kami pun istirahat sebentar sambil makan makanan yang disediakan. Sambil beristirahat aku, Almas, Harset, Rizky, Robert, Irvan, Wayan, Sagita, Vivi, Vidya, Ajeng, Atika, Frida, dan Diba berdiskusi tentang gerakan yang akan kami tambahkan pada bagian ‘Anak Sekolah’. Kami menggunakan permen untuk mensituasikan gerakan dan perpindahan kami. Diskusinya cukup seru karena banyak lelucon-lelucon dan kami juga menyuruh setiap anggota untuk menghafal tempat mereka.

“ Solat yo!!” ajak Hafidz kepada kami.
“ Bentar-bentar tak habisin dulu makanannya,” ucap Harset sambil terburu-buru.
“ Yo cepet,” kataku sambil menuju tempat wudlu.
“ Siapa imam?” tanya Hafidz.
“ Bowo aja fid,” sahut Irkham
“ Jangan aku, ketuanya kan Satria. Dia aja yang imam,” tolak Bowo sambil menunjuk ke arahku.

Aku pun akhirnya mengimami shalat dzuhur. Setelah itu kami bersalaman lalu naik ke lantai atas lagi, tempat kami latihan. Latihan kedua cukup bagus, kami sudah cukup solid dan semua kelompok menghargai kelompok yang sedang bermain. Ditambah lagi penutup drama musikal kami terasa makin klop.

“ Ok teman-teman. Bagus banget tadi kita,” ujar Sela.
“ Jelas, siapa dulu anggota Kung Fu nya?” jawab Ngurah sambil bergaya.
“ Aku muji semuanya rah, bukan cuma kamu,” balas Sela.
“ Oiyo to? Yowes hahahahah,” Ngurah tertawa terbahak-bahak.

Pukul 13.30 banyak anggota perempuan yang izin pulang karena latihan kami sudah selesai. Sedangkan yang laki-laki membuat video ‘Harlem Shake’ dengan gerakan-gerakan yang lucu. Setelah membuat video tadi sebenarnya aku ingin izin pulang duluan. Tetapi karena Harset dan teman yang lain ingin membuat video satu lagi, ia meminta aku untuk ikut. Video yang terakhir kami buat di halaman rumah Almas. Awalnya aku curiga ada sesuatu yang mereka sembunyikan.

“ Set, itu si Ngurah sama Almas ngapain e kok lama banget?” tanyaku.
“ Oh, mereka tadi disuruh ibunya Almas ngapain gitu,” jawab Harset meyakinkanku.
“ Walah, yo cepet eh aku mau pulang,” ucapku.

Setelah menunggu sekitar 10 menit sambil bermain bola, Harset pun menyuruhku untuk menjadi leader dalam video ‘Harlem Shake’ yang terakhir ini. Awalnya aku malu, tapi karena ini hanya untuk senang-senang jadi aku sepakat.

“ Eh, backgroundnya gazebo aja ya?” tanyaku karena saat itu cuaca panas.
“ Jangan sat, mobil aja backgroundnya. Kalo di gazebo gelap,” jawab Mia.

Lagu pengiring ‘Harlem Shake’ pun diputar aku memulai gerakanku yang aneh dan sangat lucu. Lalu, ada saat yang seharusnya teman-temanku ikut bergoyang bersamaku. Tiba-tiba terdengar suara lari seseorang.

“ Suara apa itu?” aku bertanya dalam hati.

Byurrrrrr... dari belakang Adi menyiram seember air yang sudah dicampur sabun cuci. Ditambah dengan Isna yang melempar telur tepat di jaketku. Lalu, Wayan dan teman yang lain menutupku dengan ember. Kemudian datang lagi Rizky, Ngurah, Almas dan Hafidz membawa air yang diikat didalam plastik.

“ Selamat Ulang Tahun,” mereka semua bernyanyi.
“ Kamu gak sadar apa sat, bakal dikerjain hahahah,” tanya Almas.
“ Nggaklah habis tadi aku tanya Harset katanya lagi disuruh sama ibumu,” jawabku dengan keadaan basah kuyup.
“ Hahahahh kena deh,” teriak Harset sambil tertawa.

Aku sangat terkejut dengan kejutan tadi. Aku hanya bisa tertawa melihat tubuhku yang sudah seperti selesai dicuci. Setelah itu, kami melihat videonya sebentar lalu aku izin pulang dengan keadaan bau telur dan basah kuyup. Itu sangat berkesan bagiku dan akan selalu kukenang. Terima kasih XF.


logoblog

Artikel Terkait

Previous
Next Post »