logoblog

Penerapan Ajaran Islam Dalam Kehidupan Sehari-Hari

10/05/2017



Dalam kehidupan ini sebagai umat muslim kita diwajibkan untuk hidup secara islami, dimana segala hal dalam kehidupan harus dijalankan sesuai dengan ketentuan Allah SWT. Di sini setiap muslim harus berusaha mewujudkannya dengan cara meniatkan segala hal yang dilakukannya adalah bagian dari ibadah.

Syariat Islam mengatur seluruh pola perilaku manusia dalam segala aspek kehidupannya, baik aqidah, ibadah, syari’ah (dalam arti khusus), muamalah maupun siyasah. Syariat Islam merupakan rahmat bagi seluruh alam (rahmatan lil ‘alamiin). Untuk itu harus diterapkan, agar rahmat tersebut dapat dinikmati oleh seluruh umat manusia dan alam sekitarnya.

Penerapan syariat Islam secara benar akan melahirkan masyarakat Islam dengan sistemnya yang khas. Menurut Sayyid Qutb, alasan utama yang menyebabkan tersendirinya Masyarakat Islam dengan sistemnya yang khas itu ialah kenyataan bahwa ia sebenarnya suatu masyarakat yang tercipta oleh syariat yang khas, ciptaan Allah sendiri.

Syariat ini tumbuh dengan sempurna semenjak dia diciptakan, tanpa melalui proses evolusi sejarah. Syariat inilah yang menciptakan masyarakat Islam, dibangun di atas landasan-landasan yang dikehendaki Allah untuk hamba-hamba-Nya, bukan menurut konsep yang ditetapkan atas kemauan segolongan manusia terhadap sejumlah manusia yang selebihnya. Dan di bawah naungan syariat ini, menjadi lengkaplah pertumbuhan jamaah yang bercorak Islam.

Bersama-sama dengan itu, terciptalah hubungan kerja dan produksi, hukum dan kaidah moral menyangkut perseorangan dan masyarakat, pokok-pokok budi pekerti dan undang-undang pergaulan, bahkan mencakup segenap upaya tertentu untuk mengokohkan tata kehidupan sosial dan menggariskan jalan untuk tumbuh dan berkembang.

Islam adalah jalan hidup yang dihadirkan untuk umat manusia. Keislaman seseorang tidaklah cukup hanya dalam ucapan syahadah saja, atau lebih luas dengan apa yang disebut sebagai rukun Islam. Islam harus diterima secara kaffah atau totalitas (QS 2:208, Al Baqarah) –termasuk dalam menerapkan syariatnya, tidak menerima sebagian ajaran Islam dan menolak sebagian yang lain karena tidak sesuai dengan ketentuan Allah SWT.

Dengan ini kita semua mengerti bahwa islam mencakup keseluruhan termasuk dalam kehidupan sehari-hari segala perbuatan kita harus bersandar pada hukum-hukum islam, baik itu dari hubungan kita dengan Allah (Habluminallah), dengan diri sendiri, maupun orang lain (Habluminannas).

1. Habluminallah
Manusia diciptakan oleh Allah untuk mengabdi kepada-Nya. Allah memerintahkan manusia untuk menyembah hanya kepada Allah, dan beribadah kepada-Nya. Ibadah dalam kaitan yang diperintahkan oleh Allah ada banyak, baik itu sholat, membaca al-qur’an, haji dan sebagainya, sebagai contoh antara lain;

- Sholat
Sholat adalah salah satu ibadah wajib yang diperintahkan oleh Allah. Perintah Sholat disebutkan berkali-kali di Al Qur’an mulai dari Surat Al Baqarah ayat 3, 43, 45, 83, 110, 153, 177, 238, 277, Surat Annisa ayat 43, 102, 103, 162, dsb, dan masih banyak lagi. Begitu pentingnya Sholat sehingga kelak Sholat adalah ibadah pertama yang diperiksa dalam perhitungan amal di akherat dan menjadi tolok ukur seluruh amal ibadah lainnya. Bila sholatnya baik maka seluruh amal ibadahnya baik, begitu juga sebaliknya bila sholatnya jelek (atau tidak pernah sholat) maka jeleklah seluruh amal lainnya.

Begitu pentingnya sholat maka ia disebutkan sebagai tiangnya agama, siapa yang mendirikan sholat maka dia telah menegakkan tiang agama, sebaliknya yang meninggalkan sholat berarti telah meruntuhkan tiang agama. Itulah sebabnya sholat diwajibkan bagi seluruh umat muslim dewasa yang berakal tanpa kecuali. Sesungguhnya sholat juga diperintahkan dan dilakukan oleh umat-umat terdahulu sebelum umat Muhammad saw.

Jadi sebenarnya seluruh umat manusia mulai dari nabi Adam a.s. diperintahkan untuk sholat sebagai bentuk penyembahan dan ketundukan (sujud) dari seorang hamba kepada Tuhannya yaitu Allah SWT. Barangsiapa yang enggan melakukan sholat maka akan mendapatkan siksa yang amat pedih sejak di alam barzah (kubur) hingga di kehidupan akhirat nanti.

- Membaca Al Qurán
Semua orang tahu bahwa kitab suci umat Islam adalah Al Qurán. Di dalamnya terdapat hukum, aturan, dan pedoman dan harus dipatuhi oleh umat Islam. Terdapat juga ilmu pengetahuan dan sejarah (cerita) bisa dijadikan hikmah bagi umat manusia. Al Qurán harus dibaca dan dipelajari untuk dilaksanakan dan dijadikan acuan dalam kehidupan sehari-hari.

Bila umat Islam selalu bersandar kepada Al Qurán (dan Hadits) maka akan menjadi umat yang kuat. Sebaliknya bila umat Islam tidak mau membaca dan mempelajari Al Qurán maka mereka tidak mengerti aturan yang harus dianut sebagai seorang muslim atau dengan kata lain menjadi orang yang bodoh (jahil) yaitu bodoh dalam ilmu agama dan akibatnya bisa diduga, umat Islam akan semakin jauh dari Islam dan menjadi kaum yang lemah bahkan menuju kepada kehancuran.

2. Hubungan dengan dirinya sendiri
Hal ini berkaitan dengan segala aktivitas dan tingkah laku setiap individu harus berdasarkan islam, mulai dari berpakaian, cara bersikap dan sebagainya. Adapun akhlak pada diri sendiri diantaranya mencakup hal-hal berikut:

Berakhlak terhadap jasmani.
  • Menjaga kebersihan dirinya. Islam menjadikan kebersihan sebagian dari Iman. Ia menekankan kebersihan secara menyeluruh meliputi pakaian dan juga tubuh badan. Rasulullah memerintahkan sahabat-sahabatnya supaya memakai pakaian yang bersih, baik dan rapi terutamanya pada hari Jum’at, memakai wewangian dan selalu bersugi.
  • Menjaga makan minumnya. Bersederhanalah dalam makan minum, berlebihan atau melampau di tegah dalam Islam. Sebaiknya sepertiga dari perut dikhaskan untuk makanan, satu pertiga untuk minuman, dan satu pertiga untuk bernafas.
  • Tidak mengabaikan latihan jasmaninya. Riyadhah atau latihan jasmani amat penting dalam penjagaan kesehatan, walau bagaimnapun ia dilakukan menurut etika yang ditetapkan oleh Islam tanpa mengabaikan hak-hak Allah, diri, keluarga, masyarakat dan sebagainya, dalam artikata ia tidak mengabaikan kewajiban sembahyang, sesuai kemampuan diri, menjaga muruah, adat bermasyarakat dan seumpamanya.
  • Rupa diri. Seorang muslim mestilah mempunyai rupa diri yang baik. Islam tidak pernah mengizinkan budaya tidak senonoh, compang-camping, kusut, dan seumpamanya. Islam adalah agama yang mempunyai rupa diri dan tidak mengharamkan yang baik. Setengah orang yang menghiraukan rupa diri memberikan alasan tindakannya sebagai zuhud dan tawadhuk. Ini tidak dapat diterima karena Rasulullah yang bersifat zuhud dan tawadhuk tidak melakukan begitu. Islam tidak melarang umatnya menggunakan nikmat Allah kepadanya asalkan tidak melampau dan takabbur.

Berakhlak terhadap akalnya.
  • Memenuhi akalnya dengan ilmu. Akhlak Muslim ialah menjaganya agar tidak rusak dengan mengambi sesuatu yang memabukkan dan menghayalkan. Islam menyuruh supaya membangun potensi akal hingga ke tahap maksimum, salah satu cara memanfaatkan akal ialah mengisinya dengan ilmu. Ilmu fardhu‘ain  yang menjadi asas bagi diri seseorang muslim hendaklah diutamakan karena Ilmu ini mampu dipelajari oleh siapa saja, asalkan dia berakal dan cukup umur. Pengabaian ilmu ini seolah-olah tidak berakhlak terhadap akalnya.
  • Penguasaan ilmu. Sepatutnya umat Islamlah yang selayaknya menjadi pemandu ilmu supaya manusia dapat bertemu dengan kebenaran. Kekufuran (kufur akan nikmat) dan kealfaan ummat terhadap pengabaian penguasaan ilmu ini. Perkara utama yang patut diketahui ialah pengetahuan terhadap kitab Allah, bacaannya, tajwidnya, dan tafsirnya. Kemudian hadits-hadits Rasul, sirah, sejarah sahabat, ulama, dan juga sejarah Islam, hukum hakam ibadat serta muamalah. Sementara itu umat islam hendaklah membuka tingkap pikirannya kepada segala bentuk ilmu, termasuk juga bahasa asing supaya pemindahan ilmu berlaku dengan cepat. Rasulullah pernah menyuruh Zaid bin Tsabit supaya belajar bahasa Yahudi dan Syiria. Abdullah bin Zubair adalah antara sahabat yang memahami kepentingan menguasai bahasa asing, beliau mempunyai seratus orang khadam yang masing-masing bertutur kata berlainan, dan apabila berhubungan dengan mereka, dia menggunakan bahasa yang dituturkan oleh mereka.

Berakhlak terhadap jiwa.
Manusia pada umumnya sadar bahwa jasad perlu disucikan selalu, begitu juga dengan jiwa. Pembersihan jiwa beda dengan pembersihan jasad. Ada beberapa cara membersihkan jiwa dari kotorannya, antaranya:
  • Bertaubat
  • Bermuqarabah
  • Bermuhasabah
  • Bermujahadah
  • Memperbanyak ibadah
  • Menghadiri majlis Iman

Untuk meningkatkan tahap kejiwaan kita tidak boleh keseorangan. Lantaran dari pada itu kita perlu sahabat yang boleh memperingatkan diri kita. Disamping itu kita perlu berdoa kepada Allah.

3. Habluminannas
Allah memerintahkan manusia untuk saling menyayangi dan berbuat baik satu dengan yang lainya. Allah mengatur masalah hubungan yang baik sesama manusia antara lain tentang :
  • Mendahulukan kepentingan orang lain yang lebih penting (QS 2:177, 59:9),
  • Berbuat baik adalah merupakan sebaik-baik amalan (QS 3:92, 3:134),
  • Menyempurnakan takaran dan timbangan, serta tidak merugikan orang lain (QS 7:85, 11:84, 11:85, 17:35, 26:181, dsb) – mengurangi takaran termasuk korupsi kecil-kecilan.
  • Berinfak atau memberikan sebagian rizki kepada orang lain yang membutuhkan (QS 2:254, 3:92, 14:31, 32:16, 35:29, 42:38, dsb)
  • Tolong menolong dan kasih sayang (QS 5:2, 48:29, 24:22, 90:17)

Kesimpulannya adalah segala perbuatan baik kepada sesama manusia, tidak merugikan orang lain, tolong menolong dan kasih sayang memang diperintahkan oleh Allah kepada manusia, artinya hubungan baik kepada sesama manusia itu dalam rangka hubungan baik kepada Allah (dalam rangka melaksanakan perintah Allah).

Dengan kata lain habluminannas dalam rangka habluminallah. Keduanya sejalan dan tidak untuk dipertentangkan. Orang yang mengabaikan habluminannas selain mendapatkan murka dari Allah dan konsekuensi di akhirat, juga akan menerima konsekuensi dari sesama manusia lainya yaitu berupa perlakuan atau sanksi atau hukuman dari aturan/hukum atau norma masyarakat di mana ia berada.
logoblog

Artikel Terkait

Previous
Next Post »