Jika kita menelisik setiap amalan ibadah yang disyariatkan oleh agama islam selalu saja dijelaskan mengenai input (orang yang berkewajiban melaksanakan perintah dan syarat-syarat lain) dan output dari setiap perilakunya.
Tujuan ideal sholat adalah dapat mencegah diri dari perbuatan keji dan mungkar, zakat dapat membawa perubahan ekonomi dan membersihkan diri, puasa menjadikan orang bertakwa dan Haji dapat membawa pelakunya pada kenikmatan surga jika ia mampu menggapai predikat “mabrur”.
Sungguhpun demikian jika memanggang jauh dari api, maka mana bisa seseorang mendapatkan masakan yang matang. Kendala-kendala yang mungkin kita hadapi adalah :
- Kurangnya pemahaman tentang kaifiyah ibadah yang dimaksudkan artinya seseorang harus memahami tata cara ibadah tersebut agar memperoleh hasil yang maksimal. Terkadang kita hanya mengikuti tradisi yang telah ada, walau terkadang tidak sesuai dgn apa yang diajarkan oleh Rasulullah – kita hanya menyangka (Qs. Al Baqarah : 77-78).
- Ibadah yang kita lakukan terkadang hanya untuk menggugurkan kewajiban – kita tidak melakukannya untuk taqorub dan cinta kepada Allah atau bahkan mungkin kita berbuat aniaya dengan ibadah itu sendiri dan tidak berlomba-lomba untuk memperoleh kebaikan dalam ibadah tersebut (Qs. Faathir : 32).
- Ibadah yang lakukan hanya sekedarnya karena malas, ia melakukannya karena riya’ dan hanya sedikit sekali ia mengingat Allah sebagaimana yang dilakukan oleh orang munafik (Qs. An Nisa’ : 142-143). Mereka adalah orang-orang yang lalai dalam sholat – sholat tetapi sesungguhnya ia tidak sholat sama sekali (Qs. Al Ma’un : 4-6).
- Kita terkadang hanya mengejar jumlah, tetapi tidak pernah membicarakan kualitas ibadah kita – artinya jumlah yang banyak menjadi orientasi kita walau jumlah yang banyak tersebut dipenuhi dengan kelalaian dan riya’. Rasulullah mengingatkan “yang sedikit itu lebih baik kalau kontinue dari pada yang banyak tapi hanya sekali”. Yang dinginkan oleh Allah dengan ibadah adalah frekwensi dalam melakukannya dan bukan jumlah – Allah lebih suka kepada orang sholat malam (tahajud) yang dilakukan terus menerus tiap malam walaupun rakaatnya tidak banyak dari pada 100 rakaat satu malam dan dilakukan sekali sepanjang tahun (Qs. Al Mujammil : 1-6). Allah menginginkan rutinitas pertemuan untuk bermesraan rasa batin dan rohani kita dengan Allah. Semakin sering kita bertemu Allah, maka semakin ada dan dekat Allah dalam diri kita.
- Hindarkan diri dan keluarga dari barang atau harta yang haram – yang diperoleh dengan jalan bathil, karena ia akan menjadi beban dan penghalang spiritualitas. Mulailah sekarang untuk memohon keikhlasan kepada siapa saja yang barang-barangnya kita ambil dengan jalan bathil dan aniaya. Ingat barang atau harta yang diperoleh dengan jalan bathil dan dengan jalan aniaya misalnya mengambil harta anak yatim, akan dikembalikan kepada kita oleh Allah dalam bentuk api neraka (Qs. An :Nisa’ : 9)
EmoticonEmoticon