Mengapresiasi puisi adalah upaya/usaha bergaul dengan puisi (karya sastra) sehingga timbul pemahaman, pengertian, penghayatan dan sikap kritis terhadap puisi (karya sastra).
Dengan memahami, mengerti, menghayati dan mengkritisi menunjukkan bahwa kita tertarik terhadap puisi tersebut. Dan secara tersirat menunjukkan bahwa kita mengapresiasi puisi tersebut.
Puisi yaitu cabang hasil sastra yang disusun atas bait, baris, diksi(pilihan kata) yang tepat, rima (persajakan) dan irama tertentu. Penekanan pada segi estetik suatu bahasa dan penggunaan sengaja pengulangan, meter dan rima adalah yang membedakan puisi dari prosa.
Puisi berbentuk lebih singkat dan padat, sedangkan prosa lebih mengalir seperti bercerita. Beberapa ahli mendefinisikan puisi tidak sebagai jenis literatur tetapi sebagai perwujudan imajinasi manusia, sebagai sumber segala kreativitas. Selain itu puisi juga merupakan curahan isi hati seseorang yang mampu membawa orang lain ke dalam keadaan hatinya.
Ciri-ciri puisi:
- Disusun atas bait-bait
- Singkat dan padat
- Konotatif (makna kias) / arti tidak langsung
- Simbolis
- Multi-interpretasi (bisa ditafsirkan dalam berbagai macam tafsiran)
Agar dapat mengapresiasikan puisi dengan baik ada teknik mengapresiasikan puisi. Tujuannya agar apresiasi yang kita lakukan terhadap suatu puisi tidak terkesan asal-asalan. Dan apresiasi ini dapat bermanfaat untuk orang lainnya.
Langkah-langkah mengapresiasi puisi:
- Membaca puisi tersebut
- Menambahkan kata / tanda baca
- Menafsirkan kata-kata konotatif
- Menceritakan kembali dalam bahasa sendiri
Contoh Puisi:
Nisan (karya Chairil Anwar)
Buat neneknda
Bukan kematian benar-benar menusuk kalbu
Keridoanmu menerima segala tiba
Tak kutahu setinggi itu atas debu
Dan duka maha tuan bertahta
Contoh Apresiasi:
Nisan (karya Chairil Anwar)
Buat neneknda
Sebenarnya bukan kematian itu sendiri yang benar-benar menusuk kalbuku
Melainkan keridoanmu segala yang akan tiba
Tak pernah kutahu setinggi itulah atas debu -> keikhlasan
Dan duka yang sangat mendalam yang bertahta di dalam hatiku
Parafrase / Menceritakan Kembali:
Puisi “Nisan” karya Chairil Anwar berisi ungkapan yang ditujukan kepada nenek karena meninggalnya sang nenek. Pengarang mengungkapkan bahwa sebenarnya bukan kematian sang nenek itu sendiri yang benar-benar membuat hatinya sedih.
Melainkan keikhlasan sang nenek dalam menerima kematian yang akan datang. Baru ia sadari bahwa kekuasaan Tuhan atas manusia sedemikian tingginya, sehingga manusia bagaikan debu. Dan hanya menyisakan duka yang sangat mendalam yang tertinggal didalam hati.
EmoticonEmoticon